Hijrah, migrasi, dan move on. Tiga istilah ini sering digunakan di kehidupan sehari-hari dalam “dunia” yang berbeda satu sama lain. Jadi, wajar bila kita tak mengetahui kepopuleran salah satu dari istilah tersebut. Namun, saya sangat yakin tak ada yang tidak familiar dengan istilah ketiga. karena kita semua pasti memiliki gebetan atau mantan yang… Ah, sudahlah. Yang jelas ada kesamaan antar istilah tersebut.

Hijrah

Istilah ini populer dikalangan muda-mudi yang berusaha memperbaiki dirinya untuk semakin mendekat kepada-Nya. Namun, berdasarkan sekian banyak dan postingan di media sosial istilah ini sering dipakai dalam konteks meninggalkan pacaran dan menjalani hubungan yang dianggap lebih islami (langsung nikah?). Ya, namanya juga anak muda. Pembahasan yang paling menarik adalah ya apa lagi kalau bukan cinta dan jodoh. Kalau menurut saya, lebih baik lagi bila juga membahas hal-hal lain yang perlu diperbaiki. Misalnya lebih akrab dan ramah kepada tetangga dan menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, bahkan berusaha tidak menghasilkan sampah (Zero Waste).

Migrasi

Berdasarkan pengalaman saya, istilah ini paling populer di kalangan komunitas Linux dan FOSS (Free and open source software). Istilah ini berarti sebuah langkah untuk meninggalkan software yang tak bebas dan bajakan dan beralih ke software yang bebas digunakan, terbuka, dan legal. Misalnya migrasi dari Windows ke Linux, Photoshop ke GIMP, dan Adobe Illustrator ke Inkscape.

Mengapa migrasi? Ada beberapa hal yang mendasari seseorang untuk migrasi. Ada yang menghindari keharaman memakai software bajakan, ada yang ingin mencari software alternatif karena tak mampu membeli yang berbayar, dan bahkan ada yang migrasi karena ingin terlihat keren dan tampil beda (Kisah nyata saya waktu SMA). Banyak sekali komunitas FOSS yang bisa diajak ngobrol tentang migrasi ini, misalnya DOSCOM, LibreOffice.ID, Gimpscape, dan BlankOn.

Move On

Untuk istilah ini saya kira semua orang sudah tahu. Move On sering digunakan dalam dunia percintaan khususnya mengikhlaskan seseorang dan menerima orang lain. Mengapa saya menggunakan istilah “mengikhlaskan” bukannya “melupakan”? Siapa yang bisa melupakan seseorang yang pernah berarti dalam hidup kita? Eaa.. Serius. Ketika kita sudah benar-benar ikhlas, kita sudah tak memikirkan lagi momen yang sudah lewat. Mirip seperti buang hajat, sesekali kita memang ingat kita pernah melakukannya, tapi apakah itu menjadikan kita kepikiran terus-menerus dan menganggapnya sebagai momen yang spesial? Tidak, kan? Jadi, perlu diingat ya, move on itu mengikhlaskan, bukan melupakan. Move on itu menetralkan kenangan, bukan menghapus kenangan. Jadikan pembelajaran untuk perjalanan yang baru bersama orang yang baru. Ah.. Jadi beper lagi.

Titik Temu

Setelah kita amati, ketiga istilah tadi memiliki kesamaan yaitu adanya sebuah perpindahan dari hal yang kurang baik menuju hal yang lebih baik. Memang tak mudah dalam melakukan perpindahan tersebut. Akan ada banyak rintangan dari diri kita sendiri maupun dari lingkungan. Namun, dengan semangat dan tekad yang kuat kita semua pasti bisa. Merdeka!

(punya pemikiran berbeda? Jangan sungkan menyampaikannya di kolom komentar)