Media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan di peradaban modern ini. Barang teknologi satu ini sangat digandrungi kawula muda, terutama untuk mengekspresikan dirinya dan mendapatkan informasi terkini dari jaringan sosialnya, misalnya mantan. Eh.

Salah satu media sosial yang sangat ramai digunakan yaitu Instagram. Siapa kawula muda yang tak kenal media sosial dengan konten foto dan video ini? Pergi jalan-jalan rasanya ada yang kurang jika belum diunggah di Instagram. Sendirian di kos belum lengkap kalau belum dibuat Instagram Story-nya. Kalau zaman dulu berdoa lalu langsung makan, sekarang buat story, berdoa (semoga), lalu makan. Ya, zaman telah berubah. Saya pun juga merupakan pengguna aktif Instagram ini.

Membicarakan tentang mengunggah foto (atau video) makanan yang telah disajikan dan siap dimakan, saya memiliki pemikiran yang dipengaruhi oleh kehidupan masa kecil saya.

Saya dilahirkan dan dibesarkan di keluarga yang berbudaya jawa. Saya diajarkan etika dalam pergaulan, misalnya bagaimana lewat didepan orang lain, menawarkan makanan kepada orang lain, makan dan menerima pemberian dengan tangan kanan, dan tidak memperlihatkan makanan kepada orang lain tanpa bermaksud memberi.

Satu poin terakhir yang saya tebalkan tersebut lah yang mendasari saya untuk menghindari mengepos foto dan video makanan di media sosial. Dulu ibu saya pernah berkata “Nek ora arep tawa-tawa, panganane aja diketok-ketokke wong”. Dalam bahasa Indonesia: “Kalau tidak ada niatan untuk menawarkan, jangan perlihatkan makananmu ke orang lain”. Wejangan ibu saya ini tidak lain adalah mengajarkan saya agar menawarkan makanan yang kita punya kepada orang lain yang kita temui sekaligus menjaga perasaan orang lain, yaitu dengan tidak memperlihatkan makanan kita kepada orang lain jika memang kita tidak ingin menawarkannya.

Berbeda kalau share foto makanan dengan niat berjualan. Karena memang tujuan dari promosi barang dagangan adalah agar orang lain mengetahui apa yang kita jual dan membelinya.

Itu lah sedikit tulisan hasil pemikiran pribadi saya. Mungkin pembaca memiliki pemikiran lain? Silakan berkomentar.